(( Bagaimana kenyataannya sehingga, kita memperoleh gambaran adanya harapan untuk tercapainya usaha peternakan maju, ekonomis dan mandiri? ))
Permasalahan utama yang dihadapi peternak rakyat dalam usaha peternakan ayam pedaging adalah keterbatasan kemampuan modal untuk penyediaan agro input, khususnya pakan yang merupakan komponen terbesar (60-75%) dari total biaya produksi. Demikian Gunawan K Johar dari Institut Teknologi Bandung.
Maka, kata Gunawan, hampir seluruh kemitraan ayam ras pedaging yang terbentuk adalah merupakan anak perusahaan dari perusahaan pakan. Kemitraan yang dianggap sebagai jawaban untuk mengangkat kembali usaha peternakan rakyat dari keterpurukan akibat krisis ekonomi. Bagaimana kenyataannya sehingga, kita memperoleh gambaran adanya harapan untuk tercapainya usaha peternakan maju, ekonomis dan mandiri?
Balikpapan
Gunawan pun melakukan penelitian terhadap 2 (dua) model kemitraan yang berbeda di Balikpapan. Hasilnya ternyata, fleksibilitas pengembangan profitabilitas peternak sangat terbatas hanya pada produktivitas kegiatan budidaya yang tercermin pada nilai FCR (feed conversion ratio) dan sistem pembagian keuntungan (profit sharing) yang sangat tergantung perusahaan mitra, karena kekuatan bargaining peternak sangat lemah.
“Untuk mendapatkan bentuk kemitraan yang memadai telah dilakukan pengembangan alternatif model kemitraan dengan memasukkan aspek profitabilitas, prospek kemandirian usaha, kodeterminasi hubungan kemitraan serta kesinambungan usaha,” tutur Gunawan.
Menurut peneliti ini, dari hasil kajian 5 (lima) model alternatif kemitraan, alternatif terbaik adalah alternatif 4 yaitu Model Kemitraan Organisasi Peternak – Perusahaan Mitra dengan kareteristik mandiri mengelola sektor Budidaya, pasca panen dan pemasaran dengan jasa kredit perbankan.
Untuk implementasinya, tambah Gunawan, diusulkan melalui 4 (empat) tahapan yaitu: tahapan 1. yaitu perubahan sistem penggunaan FCR untuk penentuan harga; tahapan 2. yaitu perubahan sistem profit sharing; tahapan 3. yaitu peralihan dalam penanganan pasca panen dan pemasaran dari Inti kepada peternak dan tahapan 4. yaitu perubahan sistem rantai nilai agribisbisnis yang dilaksanakan peternak.
Keberhasilan dan aplikasi model ini, ujar Gunawan, “Perlu dukungan intsrumen kebijakan dan penegakannya yang lebih berpihak kepada peternak, serta keikhlasan pihak yang kuat untuk memberikan kesempatan akses yang lebih besar dalam sektor pasca panen dan pemasaran kepada peternak mitra.” Demikian sumber di School of Business and Management ITB.
Magelang
Adapun Suharti dari Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada melakukan penelitian ini dilakukan terhadap enampuluh peternak ayam potong di Kabupaten Magelang, yang terdiri dari tiga puluh peternak mandiri dengan skala usaha berkisar 2500 ekor sampai dengan 15.000 ekor, dan peternak plasma dengan skala usaha berkisar 3000 ekor sampai dengan 16.000 ekor per periode.
Pada dua belas kecamatan, pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung atas responden berdasarkan kuisioner yang telah ditetapkan. Selanjutnya dilakukan perhitungan analisis profit yaitu keuntungan dalam rupiah dan profitabilitas yang diukur dengan profit margin dan return on investment.
Untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat keuntungan, profit margin dan return on investment dilakukan dengan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan peternak mandiri lebih tinggi sebesar dibanding peternak plasma. Adapun variabel yang berpengaruh terhadap keuntungan adalah skala usaha, total biaya, harga jual dan umur panen.
Kemudian rata-rata profit margin peternak mandiri lebih tinggi sebesar 19% dibanding peternak plasma sebesar 15%. Adapun variabel yang berpengaruh terhadap profit margin adalah skala usaha, total biaya dan harga jual, demikian pula return on investment peternak mandiri lebih besar sebesar 42% dibanding peternak plasma sebesar 28%. Adapun variabel yang berpengaruh terhadap return on investment adalah skala usaha ,investasi, dan harga jual.