“Perilaku Makan Beberapa Hewan”

 

 

 

 

 

Oleh :

Nama : Bagas Putra Pratama

NIM : 16/398170/KH/08941

 

 

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2017

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. LATAR BELAKANG

  Tingkah laku atau etologi hewan praktis telah merupakan hal yang penting sejak masa prasejarah. Tingkah laku ini dimanfaatkan oleh para pemburu dan kemudian oleh masyarakat untuk menjinakkan hewan-hewan tersebut. Sampai pada pertengahan abad ini, para ilmuwan di bidang pertanian tidak banyak mengenal ilmu tingkah laku hewan baik secara praktis sebagai hal yang penting maupun sebagai hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Banyak penelitian yang pada mulanya telah dilakukan memuat deskripsi mengenai aspek-aspek tingkah laku yang telah didefinisikan dengan baik. Para ilmuwan yang mempelajari hewan dalam lingkungan asalnya disebut ethologist. Beberapa sumbangan pemikiran dibuat oleh para ilmuwan psikologi yang mempelajari hewan dalam lingkungan laboratorium yang terkontrol, yang kemudian mengubah factor-faktor lingkungannya satu demi satu dan mencatat pengaruh tersebut pada tingkah laku hewan.

Etogram merupakan catalog yang tepat dan terperinci yang memuat respons yang membentuk tingkah laku hewan. Etogram sangat berguna untuk mengetahui hewann mengatasi macam-macam lingkungan dan pengalaman. Perincian dapat dengan mudah dikenal melalui film dan kaset video. Selanjutnya, etogram terbentuk dari tiap elemen pola reaksi. Perlu diketahui para ilmuwan etologi terdahulu tidak mempunyai metode yang canggih untuk mengumpulkan dan menganalisa data tetapi dapat menghasilkan etogram yang sangat baik dengan pengamatan yang teliti yang dilakukan dengan menggunakan sebatang pensil dan sebuah buku catatan.

 

  1. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:

  1. Bagaimana tingkah laku normalhewan pada saat makan ?

 

  1. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui tingkah laku atau animal behavior normal pada beberapa hewan.

 

BAB II

PEMBAHASAN

PERILAKU NORMAL HEWAN  

Perilaku dasar pada hewan seperti makan, minum, tidur, istirahat, aktivitas seksual, eksplorasi, latihan, bermain, ekplorasi, aktivitas melarikan diri, pemeliharaan dan sebagainya sangat penting untuk diketahui dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan memberi rasa nyaman serta aman terhadap diri mereka. Kondisi dimana perilaku dasar tersebut tidak terpenuhi akan berdampak pada kinerja dan produktivitas dari hewan. Beberapa perilaku dapat merugikan kesehatan dan produksi bahkan jika penyebab perubahan perilaku semakin meningkat maka secara tidak langsung dapat menyebabkan kerusakan sehingga kembali perlu ditekankan tentang pentingnya memahami perilaku normal sapi sebagai indikator untuk mengetahui respon perilaku umum. Kondisi yang menghambat perilaku dasar memaksa menciptakan suatu penggiatan atau intensifikasi untuk mengatasi hal tersebut.

Beberapa contoh perilaku makan pada hewan :

 

  1. PERILAKU MAKAN PADA HEWAN SAPI

    Ketika ternak sapi diberi pakan dalam jumlah yang terbatas dalam waktu tertentu, mereka tidak punya pilihan kecuali memakan semua pakan yang diberikan. Pada pemberian pakan secara berlebihan, pola makan sehari-hari akan berkembang.

Pada sapi dengan penggembalaan sub-tropis, periode merumput terjadi paling banyak ketika rumen diisi dengan rumput yang baru dan hal ini terjadi menjelang pagi sampai pagi, senja sampai matahari terbenam dengan satu periode lebih singkat kira-kira tengah malam. Periode 24 jam dibagi secara jelas menjadi periode merumput, mengunyah dan beristirahat. Di daerah tropis, siklus merumput biasanya sebaliknya. Pada waktu tengah hari yang panas, sapi beristirahat di bawah naungan atau dekat tempat air dan terdapat periode merumput yang panjang pada malam hari. Sapi berhenti merumput pada saat dia kepanasan, terutama bagi sapi yang berasal dari daerah sub-tropis. Di daerah tropis, sapi yang di tempatkan dalam kandang tertutup pada malam hari tanpa persediaan pakan atau air, konsumsi pakannya sering menurun secara nyata, terutama pada sapi yang mempunyai adaptasi yang kurang baik yang berasal dari daerah sub-tropis seperti sapi Frisiean Holstein, yang tidak diberi pakan selama hari panas.

Secara umum, sapi meluangkan waktu 8-10 jam untuk merumput, tetapi mempunyai fleksibilitas yang cukup untuk menyesuaikan waktu merumput untuk mempertahankan jumlah pakan yang dimakan pada periode banyak angin dan hujan, cuaca panas ketika merumput terhenti. Mereka juga bisa mengatasi peningkatan kebutuhan fisiologis dari periode akhir kebuntingan dan laktasi apda beberapa keadaan yang beda.

Dalam keadaan cuaca panas dan lembab, aktivitas makan sapi tertinggi pada waktu suhu udara lebih rendah yaitu pada pagi hari. Terdapat suatu hal yang menarik tetapi tidak ada pengamatan yang pasti yang menyatakan bahwa domba dan sapi bisa meramalkan keadaan panas  yang akan terjadi dan dengan demikian mereka merumput lebih dini dalam satu hari di bandingkan dengan tipe Zebu yang mempunyai daya adaptasi yang lebih baik dalam keadaan panas.

Waktu yang digunakan oleh sapi untuk makan tergantung pada spesies ternak itu sendiri, status fisiologisnya (seperti pertumbuhan, periode akhir kebuntingan, laktasi dan juga ternak yang tidak bunting, tidak laktasi dan ternak dewasa), serta tipe dan persediaan pakan. Iklim yang sangat ekstrim juga berpengaruh. Sementara jumlah pakan yang dimakan meningkat pada keadaan cuaca dingin.

Pada saat padang rumput dalam keadaan kering, sapi  meningkatkan waktu untuk merumput (contoh pada sapi biasanya merumput 12 jam tetapi dalam keadaan padang rumput kering berubah menjadi 14 jam). Semua hewan bisa juga bervariasi dalam jumlah pakan yang dimakannya dengan mengubah jumlah gigitan per menit dan meningkatkan besarnya regutan tersebut.

Preferensi atau pemilihan pakan adalah berbeda di antara jenis ternak herbivora. Tetapi, semua jenis lebih suka memakan daun daripada batang atau bahan dengan warna hijau (muda) daripada bahan yang kering (tua). Bila jumlah pakan yang tersedia berkurang, maka akan terdapat kecenderungan bahwa ternak menjadi kurang selektif, walaupun pakan yang terletak sekitar kotoran dan kencing tidak dipilih sebisa mungkin terutama oleh ternak sapi.

Sapi lebih menyenangi daun-daunan yang lebih panjang dibandingkan dengan domba dan kambing dan hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya ukuran rahang. Kambing yang diberikan suatu pilihan lebih suka memakan daun pucuk muda dan menguliti kayu-kayu tanaman atau gulma. Saat ini mere digunakan di Australia dan Selandia Baru untuk mengontrol hutan belukar yang begitu banyak.

Pada system potong dan angkut, peternak mempunyai control yang lengkap terhadap pakan apa yang dimakan oleh sapi piaraannya dan berapa banyak yang dimakan. Dimungkinkan untuk memberi pakan dengan komposisi yang seimbang, memotong pakan menjadi potongan kecil untuk menghindari terbuangnya pakan tersebut dan sebagainya. Tetapi, walaupun dalam keadaan demikian, tingkah ingestif dipengaruhi oleh tingkah laku social. Pada saat sapi diberi makan dalam kelompok, dua factor social bisa mempengaruhi jumlah pakan yang dikonsumsi. Tingkah laku agonistic bisa mengurangi jumlah pakan yang dikonsumsi oleh sapi yang tidak dominan dan kemudahan social bisa meningkatkan jumlah pakan yang dimakan tersebut. Masalah yang berhubungan dengan sapi subordinat yaitu tidak mendapatkan cukup pakan yang dimakan atau tidak cukup mendapat pakan dengan kualitas baik yang tidak terkontaminasi oleh kotoran atau parasit. Cara  yaing disarankan untuk mengurangi pengaruh ini, yaitu dengan memanipulasi komposisi kelompok dan rencana kandang.

Dalam suatu penelitian, dimana para ahli genetika ingin menggunakan keadaan pemberian pakan secara individu untuk memilih konversi pakan yang efisien atau dimana ahli makanan ingin menggunakan kandang metabolism individu atau calorimeter untuk mendapatkan pengukuran yang tepat untuk pertukaran metabolism, maka kemudahan social makan harus diperhitungkan. Ternak sapi dalam kandang metabolisme akan makan hanya 50%-60% dari jumlah yang dimakan sapi yang dipelihara dalam kelompok.

Seekor ternak dapat mengontrol jumlah pakan yang dimakan dengan cara lain, ia bisa menolak untuk memakan satu pakan atau pakan lainnya. Ada kelompok pakan tradisional, yang dapat dimakan ternak dengan enak, ada pula beberapa apkan lain yang bernilai gizi tinggi dan harganya murah tetapi terbak tidak dapat merasakan enaknya selama memakan pakan tersebut untuk pertama kalinya.

Kesenangan terhadap bermacam-macam prosduk pakan telah diuji dalam 20 jenis pakan. Terlihat bahwa pakan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:

  • Pakan hijauan atau lebih dikenal sebagai pakan tradisional,
  • Pakan yang telah diproses yang disukai oleh rata-rata ternak, dan
  • Pakan yang tidak disenangi.

Akan tetapi, dalam beberapa keadaan (misalnya kekurangan garam), ternak akan lebih suka memakan garam blok. Kilgour dan Dalton (1984) menyarankan bahwa skala ini dapat digunakan sebagai suatu dasar terhadap pakan baru, murah dan potensi manfaatnya dapat diuji. Ada cara yang efektif untuk membuat ternak dapat memakan pakan yang bernilai gizi tinggi dan murah tetapi baunya tidak disukai ternak yaitu dengan menutup hidung ternak tersebut. Lobato dan kelompok penelitinya dan juga Lynch dan kelompok penelitinya telah mendapatkan bahwa ternak mampu belajar pada awal kehidupannya dan emmpunyai ingatan yang baik dalam jangka waktu yang panjang. Melihat teman dalam kelompok yang telah berpengalaman memakan pakan yang baru, dapat membantu ternak yang belum berpengalaman untuk memakan pakan baru tersebut. Fenomena ini disebut sebagai transmisi social dalam tingkah laku makan atau belajar berdasarkan pengalaman.

Memberikan masa perkenalan bagi ternak terhadap pakan atau suplementasi yang mungkin diharapkan untuk dimakan dalam keadaan darurat merupakan hal yang sangat berguna. Metode sederhana dapat digunakan untuk mengecek ternak yang mana yang memakan dan tidak memakan pakan yang baru. Hal ini bisa dikerjakan denagn menggunakan satu tempat pakan. Pada tempat pakan ini, ternak harus menempatkan kepalanya dan menekan sepotong spons yang diisi pewarna atau menyentuh benang yang diwarnai. Dengan teknik ini ternak yang cepat menangkap pelajaran dipindahkan untuk memberi kesempatan yang lebih lama dan mengurangi persaingan bagi mereka yang lebih ,lambat belajar. Ternak yang lambat menangkap pelajaran mendapatkan beberapa pakan yang disenanginya untuk tetap menjaga fungsi rumennya, sementara ternak ini lambat memulai memakan pakan yang abru.

Masalah baru yang timbul adalah jika pakan tambahan yang mahal lebih disukai daripada pakan dasar yang murah. Peternak mungkin menghendaki pakan tersebut sebagai suplementasi, tetapi ternak itu sendiri memperlakukan pakan tersebut sebagai pakan pengganti, misalnya pada saat kurangnya rumput lapangan atau rumput gajah yang dipotong dan lebih banyak tambahan konsentrat yang harganya mahal.

Pencampuran antara pakan yang enak dan tidak enak yang kemudian menjadi sedikit enak, pemberian pakan yang murah pertama kali, atau dan pemberian makan tambahan pada waktu yang tidak teratur sehingga ternak tidak mempunyai pengharapan dan menunggu untuk makan pada waktu tertentu adalah merupakan jalan pemecahan problem tersebut diatas.

 

  1. PERILAKU MAKAN PADA HEWAN KUCING

Sebagai karnivora sejati, kucing harus makan daging hewan untuk menjaga tubuhnya tetap sehat dalam jangka waktu yang lama.Sifat predator alami ini diturunkan dari nenek moyang kucing sampai ke generasi kucing yang ada saat ini sehingga apabila kucing dibiarkan hidup sendiri (tidak diberi makan manusia) maka kucing akan bertahan hidup dengan cara memakan binatang binatang kecil yang ada di lingkungannya. 

Di alam bebas, kucing biasa makan sampai sepuluh kali dalam rentang waktu 24 jam, sedangkan kucing rumahan yang ada sekarang ini pada umumnya diberi makan dua kali sehari – perubahan ini menyebabkan timbulnya gangguan tingkah laku yang berhubungan dengan pola makan.

Sebagai pemburu oportunistik, kucing terbiasa memangsa binatang apa saja yang ada di lingkungan sekitarnya, binatang buruannya juga bisa berubah menyesuaikan ketersediaan atau populasi pada waktu tertentu( tergantung musim). Di alam lepas, mamalia kecil seperti kelinci dan tikus merupakan 75% atau lebih dari menu utama kucing.

Secara alami tingkah laku makan kucing terbagi atas dua fase: fase apetitif dan fase konsumtif. Pada fase apetitif kucing akan mengejar, berburu, menangkap dan membunuh mangsanya, sedangkan pada fase konsumtif kucing memakan buruannya tersebut. Dengan beberapa penyesuaian, konsep ini juga berlaku pada kucing yang dipelihara di dalam rumah walaupun kucing kucing tersebut tidak memiliki kesempatan berburu seperti kucing di alam bebas.

Pada kucing yang dipelihara dirumah, fase apetitif ditunjukkan dengan sikap kucing merengek rengek minta makan, mencuri curi kesempatan untuk mengambil makanan dari meja makan atau dengan mengais ngais sampah di kotak sampah rumah. Sedangkan fase konsumtif ditunjukkan dalam bentuk mengunyah (memotong motong) makanan dan menelan makanan itu sendiri. 

Berbeda dengan kucing liar atau kucing jalanan,kucing yang dipelihara di rumah tidak memiliki kesempatan secara penuh untuk menunjukkan tingkah laku alami sebagai pemangsa. Tingkah laku yang hilang (tidak bisa ditunjukkan) pada kucing rumahan berupa : mengejar, menyerang, menangkap, membunuh, membawa buruan ke wilayahnya, mengoyak kulit, menggigit tulang dan menyembunyikan makanan yang tersisa.

Kebiasaan memakan tanaman kecil juga merupakan hal yang wajar bagi kucing, hal ini disebabkan karena kucing membutuhkan selulosa dalam jumlah kecil untuk membantu proses pencernaannya. Penting untuk diperhatikan bahwa kucing yang tinggal di rumah harus dijaga dan dijauhkan dari tumbuhan yang diberi insektisida atau bahan kimia lainnya.

Masa penyapihan adalah masa yang penting dalam hidup mamalia, perubahan dari sepenuhnya tergantung pada induk menjadi sepenuhnya mandiri.Induk kucing biasanya mulai proses penyapihan pada usia 4 minggu, dimana induk membawa binatang buruan pulang untuk dimakan anaknya, pada periode berikutnya binatang buruan dibawa pulang dalam keadaan hidup untuk dibunuh sendiri oleh anak anaknya sampai sang anak bisa mencari dan menangkap binatang buruan sendiri.

Pada kucing rumahan, oleh karena adanya hubungan yang erat antara kucing dan pemiliknya dimana Kucing yang diberi makan oleh pemiliknya maka kucing  akan melihat pemilik sebagai figur induknya karena dialah yang memberi makanan. Proses penyapihan biasanya berlangsung sampai 7 – 8 minggu, walaupun setelah itu anak kucing masih terlihat sesekali menyusu pada induknya sampai berbulan bulan walaupun sebenarnya sudah tidak keluar air susunya. Dengan menyusu anak kucing merasa nyaman terutama ketika merasa stress. Sebagai pemburu yang tangguh banyak organ motorik kucing yang dirancang untuk mengejar dan menangkap mangsanya, kemampuan berburu bertambah sesuai dengan pengalaman serta pengamatannya melihat sang induk memburu mangsanya ketika masih kecil. Pengalaman sosial kucing sangat mempengaruhi insting atau naluri berburunya. Menurut penelitian, kucing yang dibesarkan dengan satu jenis tikus ketika masih kecil tidak akan meu memburu tikus jenis tersebut ketika sudah dewasa walaupun masih mau memburu tikus jenis lain.

  1. PERILAKU MAKAN PADA HEWAN KAMBING

Salah satu kemampuan yang tidak dimiliki ternak lain (domba, sapi) bahwa kambing dapat mengkonsumsi daun-daunan, semak belukar, tanaman ramban dan rumput yang sudah tua dan berkualitas rendah. Jenis pakan tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien, sehingga kambing dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang pakan (Devendra, 1978).

Kebanyakan orang percaya bahwa kambing akan makan hampir apa saja dan ini tidak benar. Kambing memiliki bibir sangat sensitif dan rasa ingin tahu alami mereka  dan memberi mereka kebiasaan “mencium” dan “berbau” untuk makanan yang bersih dan lezat. Kambing tidak akan makan makanan kotor (kecuali mereka didorong ke titik kelaparan – sering memilih untuk kelaparan).

Rangkaian tingkah laku makan pada kambing diawali dengan mencium makanan. Jika makanan cocok untuknya maka akan dimakan. Pada umumnya kambing menyukai berbagai jenis hijauan, karenanya dapat membedakan antara rasa pahit, manis, asam dan asin (Kilgour & Dalton, 1984).

Aktivitas makan pada kambing terdiri atas:

1) Aktivitas mencium hijauan yaitu awal aktivitas mencium hingga kambing mulai melakukan aktivitas lainnya,

2) Aktivitas merenggut makanan yaitu awal perenggutan hijauan hingga diangkat untuk dikunyah ,

3) Aktivitas mengunyah makanan yaitu aktivitas yang dimulai dari hasil perenggutan hijuauan yang telah dikumpulkan di dalam mulut, hingga melakukan aktivitas menelan ,

4) Aktivitas menelan makanan yaitu aktivitas yang dimulai dari menelan hasil kunyahan hingga aktivitas lainnya.

Aktivitas ruminasi terdiri atas:

1) Aktivitas mengeluarkan bolus yaitu aktivitas yang dimulai dari dikeluarkan bolus dari rumen menuju ke mulut hingga kambing melakukan aktivitas mengunyah bolus,

2) Aktivitas mengunyah bolus, yaitu aktivitas yang dimulai dengan mengunyah bolus yang telah dikeluarkan dari rumen ke mulut hingga aktivitas menelan beberapa bolus,

3) Aktivitas menelan bolus yaitu aktivitas yang dimulai dari bolus yang langsung ditelan setelah dikeluarkan dari rumen ke mulut atau menelan bolus yang melalui proses pengunyahan hingga aktivitas mengeluarkan bolus kembali.

 

Kambing merenggut dengan cara menarik dan mendorong mulut ke depan-atas atau belakang-bawah. Jika daun-daunan terdapat pada tanaman yang tinggi, kambing mempunyai kemampuan untuk meramban. Hewan ini meramban dengan cara mengangkat kedua kaki depan pada batang tumbuhan dan bertumpu pada kedua kaki belakang.

Kepala dijulurkan ke daun tumbuhan yang dipilihnya. Menurut Devendra & Burns (1994), kambing mempunyai kebiasaan makan yang berbeda dengan ruminansia lainnya. Bila tidak dikendalikan, kebiasaan makan dapat mengakibatkan kerusakan. Bibirnya yang tipis mudah digerakkan dengan lincah untuk mengambil pakan.

Kambing mampu makan rumput yang pendek, dan merenggut dedaunan. Disamping itu, kambing merupakan pemakan yang lahap dari pakan yang berupa berbagai macam tanaman dan kulit pohon. Setelah merenggut makanan ke dalam mulutnya, kambing akan memulai aktivitas berikutnya yaitu mengunyah. Fungsi pengunyahan selama makan yaitu untuk merusak bagian permukaan pakan sehingga ukuran partikel menjadi lebih kecil yang memudahkan pakan untuk dicerna.

Jika aktivitas makan telah selesai, maka dilanjutkan dengan aktivitas ruminasi. Aktivitas ruminasi diawali dengan mengeluarkan bolus yang disimpan sementara dalam rumen untuk dikunyah dan ditelan kembali. Frekuensi aktivitas menelan bolus lebih banyak dilakukan dibanding aktivitas menelan makanan sebelum ruminasi, hal ini diduga karena pakan yang telah dikunyah kemudian di telan dan disimpan lama di dalam rumen. Menurut Wodzicka-Tomaszewska et al. (1993),

Setelah kambing melakukan ruminasi, biasanya dilanjutkan dengan tingkah laku istirahat. Tingkah laku ini adalah tingkah laku kambing pada saat tidak melakukan apa-apa. Posisi yang dilakukannya saat istirahat ada tiga macam yaitu bersimpuh, berdiri dan berbaring dengan meletakkan kepala ke atas tanah dengan mata terpejam atau terbuka.

 

  1. PERILAKU MAKAN PADA HEWAN AYAM DAN ITIK

Ayam makan dengan cara mematuk, itik dengan cara menyudu. Anak ayam yang baru menetas akan mematuk setiap objek, kemudian akan belajar dan mematuk makanan saja Proses belajar yang paling efektif 30 jam setelah menetas pusat belajar pada serebrum Ayam menunjukkan pilihan pada warna, bentuk dan rangsangan sentuhan tertentu Menyukai biji-bijian (crumble) Ayam yang diasuh oleh induk lebih cepat belajar makan Konsumsi ransum bergantung kepada kandungan energi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

  1. KESIMPULAN
  2. Perilaku dasar pada hewan seperti makan, minum, tidur, istirahat, aktivitas seksual, eksplorasi, latihan, bermain, ekplorasi, aktivitas melarikan diri, pemeliharaan dan sebagainya sangat penting untuk diketahui dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan dan memberi rasa nyaman serta aman terhadap diri mereka. Kondisi dimana perilaku dasar tersebut tidak terpenuhi akan berdampak pada kinerja dan produktivitas dari hewan.
  3. Kambing dapat memanfaatkan secara efisien makanannya, sehingga dapat beradaptasi pada lingkungan yang kurang pakan. kambing dapat memakan semua jenis rumput dan tumbuhan hijau lainnya, namun tidak semua disukai.
  4. Cara makan antara ayam dan itik memiliki perbedaan, jika ayam makan dengan cara mematuk, sedangkan itik dengan cara menyudu.
  5. Terdapat perbedaan tingkah laku pada kucing liar atau kucing jalanandengan kucing yang dipelihara di rumah Tingkah laku yang hilang (tidak bisa ditunjukkan) pada kucing rumahan berupa : mengejar, menyerang, menangkap, membunuh, membawa buruan ke wilayahnya, mengoyak kulit, menggigit tulang dan menyembunyikan makanan yang tersisa.

 

  1. KRITIK DAN SARAN

Kebanyakan orang percaya bahwa kambing akan makan hampir apa saja dan ini tidak benar. Kambing memiliki bibir sangat sensitif dan rasa ingin tahu alami mereka  dan memberi mereka kebiasaan “mencium” dan “berbau” untuk makanan yang bersih dan lezat. Kambing tidak akan makan makanan kotor (kecuali mereka didorong ke titik kelaparan – sering memilih untuk kelaparan).

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Abu Bakar. 2012. Pedoman Pelaksanaan Pengawalan Dan Koordinasi Perbibitan Tahun 2012. Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian 2012.

Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor Barat. 2010. Syarat Kesehatan Hewan Sapi Bibit Ditinjau dari Penyakit Bakteri. Diakses http://www.bbalitvet.org/index.php?option=com_conte nt&task=view&id=298&Itemid=1 pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 16.00 WIB.

Dellmeier, G.R., et al. 1985.”Comparison of Four Methods of Calf Confinement: II) Behavior.” Journal of Animal Science, 60(5):1102-1109.

Friend, T. 1991. “Behavioral Aspect of Stress.” Journal of Dairy Science, 74:292-303.

http://tonysapi.multiply.com. Diakses pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 16.00 WIB.

Tingkah laku makan kambing lokal persilangan yang digembalakan di lahan gambut: studi kasus di Kalampangan, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Diakses http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/43119 Pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 16.00 WIB.

http://fiascofarm.com/goats/feeding.htm Diakses pada tanggal 25 Mei 2017 pukul 16.00 WIB.

Krohn, C.C. 1994. “Behavior of Dairy Cows Kept in Extensive (loose housing/pasture) or Intensive (tie stall) Environments:III) grooming, Exploration and Abnormal Behavior.” Applied Animal Behavior Science.

Munksgaard, 1995. Conversation on Dairy-L electronic bulletin boars.

Vande, Nursholeh. 2011. Human Physiology. Company, Tanjung Jabung Timur. Unja Nanda, 2012. Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.